Selasa, 16 Maret 2010

Batu Koral Misraya

Nenek itu kulitnya keriput. Tubuhnya bongkok dan rambutnya memutih. Tapi matanya tajam menatap. Seakan mengatakan, " Saya Masih Sanggup Melawan Hidup Yang keras Ini!!".
Dia tegar, tak serapuh yang dibayangkan, jika melihat tubuhnya yang mulai renta. Setiap usai ambil air wudhu, di sungai Cikaung yang airnya jernih, ia memungut batu - batu sebesar mangga, menaruhnya di ember, dan menggendongnya pulang.

Setelah salat, tangannya yang tampak ringkih mengambil palu besi. "PRAK!" kepala batu sebesar kepalan tangan itu, menumbur batu. Lima kali hantaman, batu kali yang keras itu baru menyerah dan retak. Misraya, nenek berumur 65 tahun itu pun baru tersenyum simpul.
Dia akan berhenti sesaat. Mengusap bulir keringat di keningnya. Ambil nafas yang mmulai tersengal, kemudian menghantamkan lagi palu besi itu. Sampai akhirnya batu - batu sebesar mangga itu, hancur berkeping - keping menjadi koral.

Misraya, perlu waktu 1 jam, untuk meghasilkan koral 1 kaleng. Tukang bangunan akan menghargai tiap 1 kalengnya Rp1.500,-. Usianya yang mulai unzur, hanya mampu menghasilkan 3 jam kerja tiap harinya. Tapi, tidak setiap hari koral Misraya ada yang membeli.

Di desa Ujung Jaya, Sumur, Ujung Kulon, Pandegelang, Banten, tempat Misraya tinggal, tidak banyak orang yang membangun rumah.Tapi dia memberi pelajaran akan sebuah proses kehidupan. Kelak jika koral itu menumpuk banyak, nilai jualnya akan lebih banyak. Dia hanya perlu bersabar menanti ada warga desa yang membangun rumah. Sembari menunggu, keringatnya menjai mutiara, Misraya juga mengumpulkan pasir kali di emperan rumahnya.

Misraya setia menjalani hidupnya seorang diri. Tapi nenek tangguh itu, tak pernah mengeluh.Dia puluhan tahun menempa diri, dengan pengalaman hidup yang sarat.Tidak ada yang cepat mencapai hasil dalam hidup ini. Tapi juga bukan alasan manusia harus mempercepat prosesdengan cara yang dilarang oleh ALLAH SWT. Melihat kegigihan nenek itu sungguh menggetarkan.

Misraya, seakan menyindir manusia - manusia muda yang putus asa. Ia seperti ingin menegur semua orang, bahwa ALLAH SWT mengukur setiap bulir peluh yang jatuh. Bukan hasil semu yang menipu.

KESIMPULANNYA
Bahwa untuk mencapai suatu kesuksesan itu perlu perjuangan, kesabaran dan tawakal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar