Selasa, 16 Maret 2010

Tasamuh

Rasulullah Saw dikenal sebagai sosok yang cinta terhadap kaum dhu’afa dan fakir miskin. Acapkali ketika beliau duduk dan bergaul di tengah-tengah kaum papa itu, turut merasakan dan menghayati sendiri duka derita yang mereka alami. Apabila ada orang-orang miskin yang sakit, beliau selalu datang menjenguknya. Jika diantara mereka ada yang meninngal dunia, beliau selalu datang bertakziah menunjukkan bela sunggkawa, turut menyolatkan dan mengantar jenazahnya sampai ke tempat peristirahatn yang terakhir.

Akhlak baik dan teladan luhur yang ditinggalkan Rasulullah Saw mengenai sikap jiwa yang mengandung nilai-nilai solidaritas tinggi dan ukhuwah itu, saat ini sudah banyak di abaikan oleh kebanyakan kaum muslimin Indonesia. Lebih-lebih setelah masyarakat dilanda sikap mental dan cara hidup yang materialistis yang ditandai dengan berkembangnya semangat individualisme dan egoisme, hidup sendiri-sendiri. Akhirnya semangat ukhuwah dan kebersamaan serta kekeluargaan itu perlahan-lahan terkikis dan pudar.

Saling mencintai dan mengasihani masyarakat sangat menentukan keberadaan dan dapat menciptakan satu gaya hidup yang islami. Karena rasa belas kasihan sesama makhluk itu menjadi ciri utama seorang muslim yang berakal. Sifat belas kasihan ini adalah universal, tidak pandang bulu, yakni tidak membeda-bedakan antara yang kaya dan yang miskin, antara anak pejabat ataupun seorang anak gelandangan. Inagt sabda Rasulullah Saw: ”Kasihanilah orang-orang yang ada di bumi supaya kamu dikasihani oleh (malaikat) yang ada di langit”. (HR Thabrani).

Nabi Muhammad Saw dipesankan oleh Allah Swt supaya tidak bersikap kasar dan bengis. Bedasarkan fakta, data,dan historika, beliau telah menunjukkan contoh sebagai pemimpin yang ramah, lemah lembut, flexibility, dan kharismatil. Jika seorang pemimpin mempunyai watak kasar dan hatinya kesat, maka tindakan-tindakannya pada umumnya akan bersifat kejam dan bengis. Suka memperkosa keadilan, belaku sewenang-wenang, dan tindakan tirani yang lainnya.

Seorang pemimpin haruslah menempatkan dirinya sebagai bapak karena secita-cita (geestelijke-vader), mempunyai sifat-sifat pendekatan yang berdasarkan kemanusiaan (human-approach), pandai berbicara, merangkul, membimbing, sehingga membuat para rakyat dan pengikutnya selalu menunjukkan antusias, respek, dan mempunyai sikap loyalitas yang tinggi.

Sesama kaum muslimin kita wajib saling menghormati, saling menghargai, saling mengasihani karena seiman dan seagama. Islam tidak mendidik umatnya untuk saling bermusuhan antar sesama, kecuali terhadap orang-orang yang jelas dan nyata memusuhi Allah dan agamaNya.

Keluhuiran sikap dan kelemah-lembutan itu diajarkan oleh Rasulullah Saw kepada para sahabatnya dan dicontohkan dalam dirinya sendiri sehinnga menarik rasa cinta dan simpati orang lain kepadanya. Allah Swt berfirman: ”Maka disebabkan rahmat dari Allah kamu berlemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”. (QS Al-Imran: 159)

(Majalah Al-Hikmah No 131)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar